RESENSI

Detik.com, 2000
Zaman Kesempatan:
Mengagendakan Demokrasi untuk Indonesia

Judul
: Zaman Kesempatan, Agenda-Agenda Besar Demokratisasi Pasca-Orde Baru
Pengarang
: Eep Saefulloh Fatah
Pengantar
: R. William Liddle
Penerbit
: Mizan, Bandung, Tahun 2000
Tebal
: 430 halaman
ISBN
: 979-433-224-0

"Ada semacam blessing in disguise ketika keinginan saya dulu untuk menerbitkan buku ini selalu tertunda. Karena, setelah sekarang saya baru bisa menerbitkannya, saya malah bisa menambahkan dua catatan lagi," komentar Eep Saefulloh Fatah soal penerbitan buku terbarunya, Zaman Kesempatan, Agenda-Agenda Besar Demokratisasi Pasca-Orde Baru yang diterbitkan Penerbit Mizan.
Dua catatan yang dimaksud Eep adalah prolog dan epilog yang melengkapi 12 artikel yang termuat dalam buku tersebut. Kedua catatan tersebut seakan sebuah benang merah yang mengaitkan ragam tema yang diangkat Eep selama kurun waktu lima tahun terakhir ini. Dalam dua artikel itu pula Eep mempertegas gagasannya tentang perlunya demokratisasi di Indonesia dan sekaligus pengakuannya pada keterlibatan dirinya dalam isu-isu demokratisasi tersebut yang melampaui batas seorang akademisi. Indonesianis dari Australia, R. William Liddle yang menyumbangkan kata pengantar untuk buku ini menyebutnya sebagai "pengamat politik muda yang didorong oleh jiwa seorang aktivis prodemokrasi".

Lima tahun adalah masa yang sebentar dalam proyek besar demokrasi, namun, lima tahun itu (1994-1999) bagi sebuah republik tempat Eep tinggal adalah tahun-tahun penuh gejolak. Masa menjelang hingga jatuhnya Rezim Soeharto, "politik Indonesia mengalami dinamisasi secara dramatis" demikian ugkapan yang sering digunakannya untuk melukiskan suasana waktu itu. Sebagai seorang peneliti, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, dan kolumnis di berbagai media massa, Eep berhadapan dengan isu-isu politik aktual yang membuat "Saya selalu ingin menulis dan mengomentarinya," akunya.

Ada sekitar 132 kolom yang tersebar di berbagai media massa dan puluhan yang dimuat dalam jurnal-jurnal penelitian. Menghimpun semuanya dalam bentuk sebuah buku adalah pekerjaan yang cukup merepotkan memang. Sementara, hasilnya bisa jadi sebuah buku setebal bantal. Hal itulah yang dihadapi Penerbit Mizan ketika hendak menerbitkan kumpulan tulisan Eep.

Mulanya, ada dua buku yang hendak diterbitkan. Pertama, Zaman Kesempatan ini, dan kedua, Menuntaskan Perubahan, Catatan Politik 1998-1999. Namun, buku kedua ternyata akan terlalu tebal bila ditampilkan utuh, maka Mizan pun memutuskna untuk membaginya jadi dua edisi.

Dalam Zaman Kesempatan ini, Eep telah mengurai satu persatu potensi perubahan itu. Dari gerakan massa, aksi mahasiswa, pemilihan umum, hingga harapannya pada generasi militer yang terintelektualkan. Pada prinsipnya, Eep hendak menjalankan sekaligus dua pendekatan dalam ilmu politik, struktural dan kultural. Analisa Eep bergerak dalam bandul analisa ini, sesekali memasuki analisa struktural dan sesekali berpindah ke pendekatan kultural. Sesekali meninjau ketersediaan perangkat keras yang seharusnya ada, sesekali menilai para aktor yang berperan dalam perubahan.

Dengan memakai teori besar gelombang demokratisasi dari Samuel P. Huntington sebagai pijakan, Eep menyoroti posisi Indonesia di tengah gerak laju demokratisasi. Dari sana, segala gejala politik ekonomi Indonesia diletakkan dalam kerangka besar teori Huntington. Perlahan namun pasti, Eep merekam gerak maju demokrasi di Indonesia, dari tahap pratransisi hingga kini mencapai transisi menuju demokrasi.

Pada tahap akhir, setelah hingar bingar politik segera setelah jatuhnya Soeharto, pertanyaan yang harus terus diingat adalah bagaimana agenda-agenda besar demokrasi tetap berjalan di tengah ketidaksiapan para aktor politik Indonesia menghadapinya. Reformasi yang menjadi kata kunci dalam paradigma yang berkembang sekarang menjadi keharusan yang harus dijaga hati-hati agar tidak berbalik menjadi apa yang diteorikan oleh Huntington sebagai "arus balik demokrasi" yang bisa mengembalikan otoritarianisme dan kediktatoran. Dalam mempertahankan laju demokratisasi, Eep tidak mengharamkan istilah revolusi, dalam pengertian sebuah gerak perubahan yang menyeluruh, mendasar, dan tuntas, dalam kerangka kerja revolusi kebudayaan untuk memposisikan publik dalam republik. Dengan bahasa yang sederhana, berarti mengembalikan republik pada daulat rakyat.

(Sakti)